(Matrikulasi) Ibu sebagai Agen Perubahan ~ NHW#9

 

Akhirnya kami masuk juga pada materi terakhir sekaligus NHW terakhir di kelas matrikulasi IIP Batch 6. Masih semangat???....ya pasti dan jelas semangat dunk...kan pengen jadi Ibu Profesional. Okeh..di NHW#9 ini kita akan mengenal karakter Bunda Salihah, yang merupakan tahapan akhir dalam kurikulum IIP. Yuk..kita mengintip sedikit NHW#8 kemarin. 

Di NHW#8 kemarin kita bicara tentang misi hidup dan produktivitas, kembali aku diingatkan bahwa yang namanya produktivitas itu tidak selalu dinilai dengan uang, tapi dilihat dari kepuasan, kebahagiaan dan seberapa bermanfaatnya bagi diri kita sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar kita. Setelah kita menemukan apa misi hidup kita dan aktifitas apa yang akan dapat membuat mata dan hati kita berbinar, di tahapan akhir ini kita belajar cara melihat sekeliling kita. Melihat disini adalah menggunakan mata dan hati kita, dengan misi hidup yang sudah kita susun dan aktifitas yang kita suka, apa yang bisa kita lakukan untuk melakukan perubahan. Perubahan selalu dimulai dari diri sendiri, kalo kita belum berubah, bagaimana bisa kita merubah orang lain? bukan begitu kawans :)
Mendidik 1 Perempuan sama dengan mendidik 1 Generasi
Kenapa? karena seorang perempuan adalah calon istri dan ibu, ketika sudah memiliki keturunan maka dia akan menjadi pendidik bagi keturunannya yang merupakan bagian dari suatu generasi. Untuk itulah seorang perempuan itu harus terdidik. Pernah aku mendapat kiriman dari Pak Suami yang membuat aku berpikir, buat apa sekolah tinggi? apakah sekedar untuk bekerja dan mendapatkan uang saja atau ada misi yang sangat mulia yang harus aku emban dalam mendidik generasi penerusku?

"Duhai Ukhti, Sekolah Tinggimu Bukan untuk jadi Karyawati. tapi untuk menjadi madrasah terbaik bagi si buah hati"
 Nah..jadi tahu kan kenapa perempuan itu harus pinter? karena dia adalah seorang pendidik.

Ibu sebagai Agen Perubahan

Setelah tahu potensi kita, keahlian kita, apa yang kita suka, apa yang kita bisa, maka saatnya kita membidik. Kita sebagai seorang agen harus memiliki kemampuan untuk membidik suatu kondisi. Emang kita sebagai agen apa? Kita adalah seorang agen perubahan. Aku sebagai istri dan ibu, dapat menjadi agen perubahan dimulai dari diri aku sendiri, kemudian ditularkan ke keluarga dan lingkungan. Modal seorang agen perubahan itu apa? Modalnya adalah PASSION dan EMPHATY

PASSION adalah sesuatu yang kita minati, pastinya ini adalah suatu aktifitas yang kita sukai.
EMPHATY adalah suatu rasa yang membuat kita merasakan apa yang ingin dirasakan oleh orang lain

Ketika 2 kata ini bertemu maka akan muncul SOCIAL VENTURE yaitu suatu semangat untuk memberikan solusi yang baik untuk diri sendiri maupun lingkungannya.

Nah..bagaimana dengan diriku? apakah aku sudah menemukan kombinasi ini? Mari kita lihat


Ada 2 yang aku miliki dari minat yang aku punya.
  • Belajar
Aku memiliki minat dalam hal belajar. Belajar banyak hal apapun itu. Berkombinasi dengan kemampuan ku berkomunikasi, percaya diri dan penuh motivasi. Aku pun merasa harus belajar memperbaiki cara belajar Al Qur'an aku. Ada semangat untuk belajar dan melihat anak-anak ku yang butuh aku bimbing juga maka aku pun bergerak untuk mencari tempat untuk belajar. Aku pun menemukan di dekat aku ada teman yang bisa mengajar dan melihat juga lingkungan aku, banyak ibu-ibu yang ingin belajar membaca Al Qur'an. Akhirnya aku bersama teman mulai mengadakan majelis tahsin. Di majelis tahsin ini lah aku mendapat ilmu, ibu-ibu yang lain juga mendapat ilmu, sehingga dapat mendampingi anak-anak kami di rumah untuk belajar membaca Al Qur'an. 
  • Membaca
Nah, kalo ini dah dari kecil aku miliki, aku suka membaca. Membaca buku, majalah, artikel ya bukan membaca pikiran orang coz aku bukan ahli nujum hehehe. Dikarenakan aku suka membaca, pastinya aku memiliki hobi beli buku, alhasil buku di rumah aku banyak. Aku melihat anak-anak kecil sekarang sudah terkontaminasi dengan gadget, pun anak aku. Sebuah perjuangan aku dan pak suami ketika mengurangi ketergantungan kakak dan adek pada gadget. Adek dulu gak bisa pisah dengan TAB nya hingga dia didiagnosa mengalami keterlambatan bicara, akhirnya semua gadget kami jauhkan dari dia pun TV. Selama hampir 6 bulan kami tidak berinteraksi dengan TV, perkembangan dia mulai bagus. Ketika masuk usia 2 tahun, kosakata yang dia miliki semakin banyak hingga saat ini dia pun sudah tidak tertarik dengan TAB. Kesempatan ini kami gunakan untuk memasukan buku untuk aktivitasnya. Alhamdulillah dia sangat suka minta dibacakan buku, belajar membaca dan bertanya serta bercerita. Bergerak dari sinilah, aku ingin membangun sebuah perpustakaan keluarga yang harapannya bisa dimanfaatkan untuk anak-anak dan anak-anak kecil di sekitar rumah untuk lebih suka membaca dibanding bermain gadget.

Nah..sudah siapkah aku menjadi seorang Agen Perubahan?....Yes, sangat siap!

~34, Novya Ekawati

Komentar

  1. Belajar masih apa yang diminati aja belum tertarik belajar kalo minatya blm ada. Hehe

    BalasHapus

Posting Komentar