(Matrikulasi) Misi Hidup dan Produktivitas ~ NHW#8




Semakin dalam kita mengenal IIP melalui kelas matrikulasi ini, semakin kita sadar bahwa kita bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa. Kita adalah individu yang masih harus terus belajar untuk meningkatkan kualitas hidup kita terutama bagi kita ini yaitu seorang perempuan yang kemudian mempunyai peran tambahan sebagai seorang istri dan ibu. Lalu apakah aku seorang Novya yang tahun ini akan berusia 39 tahun (insyaAllah) sudah tahu apa visi, misi dan tujuan hidupnya? Tahu dan punya siy iya, namun masih tampak samar belum sejelas garis batas lapangan sepak bola. Untuk itulah aku perlu menggunakan kacamata dan spidol untuk membantu memperjelas yang tampak samar tersebut. Berbekal ilmu-ilmu dan petuah serta nasihat dari orang tua sejak kecil yang kemudian diperbaiki dan diperkuat dari ilmu-ilmu yang aku pelajari saat ini, insyaAllah akan mempermudah langkah dan semangat aku untuk berubah. Sebelum masuk ke pembahasan terkait pemahaman aku tentang "MISI HIDUP dan PRODUKTIVITAS" maka aku akan mencoba kilas balik lagi pada materi, review dan NHW-NHW sebelumnya.

Diri kita adalah sebuah organisasi

Tau kan organisasi itu seperti apa? suatu organisasi itu ada visi, misi, tujuan, strategi dan perangkat organisasi. Nah..demikian juga dengan tubuh kita ini. Yang aku pahami, otak adalah pusat segala aktivitas dimana disinilah semua simpul saraf berpusat..nah..ini dia pemimpin organisasi tubuh kita. Di otak ini ada yang namanya IQ (Intelligence Quotient), dan sebagai manusia di era sekarang kita akan mengenal lagi SQ (Spiritual Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). 



Dari semangat menyelaraskan 3 kecerdasan yang dimiliki, maka harus ada keselarasan juga antara aku dan suami. Dengan 3 kecerdasan yang kami miliki maka kami pun harus bersama-sama (sehidup sesurga) menyusun visi, misi, tujuan dan strategi keluarga kami.  Visi, misi dan tujuan hidup keluarga ini akan kami turunkan kepada misi hidup masing-masing anggota keluarga. Kali ini kami ingin memperbaiki apa yang sudah selama keluarga kami susun, saat ini kami sudah mulai melibatkan kecerdasan spiritual dalam arah dan tujuan keluarga kami. Dahulu ketika IQ bertemu EQ, kami masih dominan pada EQ sehingga arah dan tujuan lebih besar berorientasi pada keduniawian, namun kini kami lebih besar mengutamakan SQ sebagai landasan utama antara IQ dan EQ sehingga langkah hidup kami selalu kami upayakan berorientasi pada tujuan akhir hidup manusia yaitu surga (aamiin). Dan..kami pun memutuskan untuk mengelola ulang visi, misi, tujuan dan strategi hidup kami agar keluarga kami dapat meraih tujuan akhir hidup kami tersebut dan lebih barokah kehidupan kami.

Misi hidup

Kami melakukan diskusi jarak jauh alias online dikarenakan kondisi kami yang LDM-an. Dalam menyusun ulang visi dan misi, kami melibatkan Allah SWT dalam setiap aliran darah dalam nadi dan hembusan nafas kami. DIA yang menciptakan kami, sudah seharusnya  panduan kami menjalani kehidupan ini terutama menjalankan dan mengarahkan bahtera keluarga kami harus mengikuti pedoman hidup kami yaitu Al Qur'an (kallam Allah). Melalui WA pak suami mengirimkan satu ayat dalam Al Qur'an yang ditunjuk untuk menjadi visi dan misi keluarga kami yaitu QS. At-Tahrim Ayat 6.


Dari ayat ini, kami merumuskan visi  keluarga kami sebagai berikut:
Visi: menjadi keluarga yang takwa untuk meraih jannah-Nya
Misi yang kami jalankan adalah sebagai berikut:
  1. Beribadah kepada Allah SWT (QS. Adz Dzariyat. 56)
  2. Menjadi khalifah di bumi (QS. Al Baqarah: 30)
  3. Menjadi pribadi yang takwa (QS. Al Hujurat: 13)
Misi diri ku sendiri: 
"Menjadi MOTIVATOR bagi diri sendiri dan keluarga menuju kebahagiaan baik di dunia dan akhirat bersama dalam ridlo Allah SWT"

Misi ku ini pada NHW#4, aku menulis sebagai seorang motivator. Ini masih tetap menjadi salah satu misi hidupku, dikarenakan aku mulai memahami mengapa aku dihadirkan di keluarga dan kondisi lingkungan yang saat ini aku berada. Aku berpikir, ketika aku menjadi seorang motivator, aku merasa juga sedang memberi semangat pada diriku sendiri. Nah...seorang istri atau ibu itu adalah mesin penggerak yang lincah di dalam sebuah keluarga, kalo istri/ibu semangat..insyaAllah ini akan menular kepada anggota keluarga yang lain. Aku merasakannya di dalam keluarga di setiap pagi. Kalo aku semangat menyambut pagi, bangun pagi, mandi trus sholat maka anak-anak dan suami pun semangat, namun kalo tidak, maka kondisi kebalikannya lah yang akan terjadi. Sebagai seorang motivator itu bukan peran yang mudah (menurut aku) karena dia harus selalu semangat dan mempunyai perbendaharaan ilmu yang cukup baik. Ilmu-ilmu yang harus aku pelajaripun sudah aku coba buat listnya di NHW#4 yang itunya akan aku coba kembangkan sesuai desain pembelajaran yang sudah aku susun juga pada NHW#5.


Sebagai dasar evaluasi aku dalam melaksanakan peran ku sebagai seorang motivator adalah dengan menyusun cheklist indikator. Poin dan uraian nya pun sudah aku coba susun pada NHW#2 hanya ada yang perlu digebrak lagi dari diriku adalah KOMITMEN, KONSISTEN dan PATUH pada indikator yang aku buat. Harus dibuat semacam cara yang lebih santai dan lunak agar tidak seperti prajurit yang kaku akan aturan, namun harus SERSAN (SERius tapi SANtai) sehingga kita pun menikmati dalam menjalankan tugas harian ku. Sebuah cara dan konsep harus tetap aku cari agar tugas harian ini bukan hanya sebagai rutinitas saja namun bisa mendatangkan kebahagiaan baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Nah...sepertinya aku harus banyak mengulik lagi NHW#6 untuk bisa menjadi manager keluarga yang handal. Pada NHW#1 dan NHW#3 yang dapat kupahami adalah seorang istri/ibu adalah penggerak dalam membangun peradaban dari rumah dengan melihat potensi dari masing-masing anggota keluarganya, maka dapat dipahami disini seorang istri/ibu adalah calon agen perubahan (Agent of Change). Seperti yang disampaikan oleh Ibu Septi dalam materi 3 bahwa "Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya" dan ada lagi tentang mendidik ibu yaitu "Mendidik 1 orang ibu bagaikan mendidik 1 generasi". Disinilah letak pentingnya keberadaan kita sebagai istri/ibu. Berbahagialah kawans kita dilahirkan menjadi seorang istri/ibu yang mempunyai peran sangat luar biasa dalam kehidupan ini terutama dalam keluarga kita. Seperti halnya  aku, aku sangat bersyukur dengan apa yang sudah aku terima hingga detik ini, dengan berjalan bersama pak suami meniti jalan ridlo-Nya, saling menguatkan, saling mendampingi, saling mendukung, saling mengisi...InsyaAllah aku bisa dan mampu tuk berubah menuju ke arah yang lebih baik.

Produktivitas

"PRODUKTIVITAS tidak dinilai dari UANG atau rupiah TETAPI produktivitas dinilai dari seberapa meningkatnya KEMULIAAN hidup kita".

Itu adalah kata kunci dari setiap kegiatan yang kita lakukan dalam hidup kita. Apakah kegiatan yang kita lakukan setiap hari nya ini termasuk produktivitas? Apabila jawabannya meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka lanjutkan, namun apabila tidak, mari kita periksa kembali kegiatan kita sapa tahu ada yang salah atau kurang. Trus caranya gimana? InsyaAllah kita bisa merasakan, apakah dengan melakukan kegiatan yang kita pilih tersebut membuat hati kita lebih tenang, lebih bahagia, atau apakah suami dan anak-anak kita tidak protes atas kegiatan yang sedang kita lakukan? (ini cara sederhana yang aku lakukan untuk menilai apakah kegiatanku termasuk kategori produktivitas).

Pada NHW#7 pekan lalu, aku sudah mendapatkan materi tentang "Rezeki itu pasti, kemuliaan yang dicari" yang menjelaskan terkait Bunda Produktif dalam memilih kegiatan produktif yang mendatangkan kemuliaan bagi diri sendiri dan keluarga. Berbekal matrik SUKA-BISA yang sudah aku susun pada NHW#7 lalu, aku akan memilih salah satu kegiatan yang masuk kuadran SUKA-BISA yang aku berharap ini dapat menjadi salah satu kegiatan produktif bagi ku. Aku memilih kegiatan tentang MENULIS.



Nah..aku sudah memilih aktivitas menulis sebagai pilihan untuk kegiatan produktivitasku. Produktivitas itu tidak harus dinilai dengan uang...itu kalimat kunci yang harus terpatri di sanubari ku dalam setiap langkah dan helaan nafasku, agar niat kita tetap lurus.

BE: Aku ingin menjadi seorang penulis profesional, InsyaAllah apabila dikabulkan keinginanku untuk menjadi dosen, aku dapat menulis hasil penelitian ku. Selain itu aku ingin menjadi kolumnis (idolaku Asma Nadia yang menjadi seorang Jilbab Traveller berkat tulisannya, kalo aku jadi Jilbab Traveller juga, aku akan ajak anak-anak berkeliling mengenal dunia dan menuliskannya dalam sebuah artikel yang bisa membantu orang lain yang belum berkesempatan keliling dunia untuk mengenal dunia melalui tulisan kami) dan ingin menjadi seorang blogger yang tulisan bisa menginspirasi orang lain....Aamiin. Kemarin aku sempat ragu, dengan usia aku yang sudah akan masuk 40 tahun, apakah aku bisa mewujudkan BE aku ini? Namun akhirnya aku terbuka, ketika dalam diskusi di grup matrikulasi Mbak Fadilla selalu fasil kami memberikan sebuah artikel tentang Nabi Muhammad SAW, dimana beliau sebagai tuntunan kami mendapatkan wahyu di saat usia beliau 40 tahun dan beliau menyampaikan wahyu dengan segala perjuangan beliau dari cara sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan hingga singa padang pasir sekeras Umar bin Khattab pun takluk dan menjadi pengikut setia beliau hingga beliau wafat di usia 63 tahun. Lalu...mengapa aku yang bukan siapa-siapa ini pesimis? InsyaAllah masih ada waktu untuk menuju perubahan yang lebih baik..semangat!

DO: Untuk meraih semua itu, pastinya tidak instan dengan tidur trus terbangun sudah tercapai semua. Ada perjuangan yang harus ditempuh. Aku harus mengikuti pelatihan tentang cara menulis yang baik dan efektif, aku harus banyak berlatih menulis baik untuk tulisan formal maupun tulisan non formal, aku harus mencari sosok inspiratif dalam bidang menulis yang kemudian bisa aku ikuti jejak perjalanan dalam membuat tulisan, dan pastinya menulis itu tidak boleh jauh dari membaca dan praktek serta aku pun dapat bergabung dalam sebuah komunitas menulis yang nantinya dapat membuat aku lebih berkomitmen dalam belajar menulis. Menulis itu tidak hanya melibatkan tangan saja namun bisa juga melibatkan semua panca indera. Melalui membaca kita menggunakan mata dan mengolahnya ke dalam otak apa saja yang sudah kita baca kemudian melalui tangan kita tuangkan dalam tulisan. Melalui mendengar, mencium, merasakan kita membawanya ke otak untuk diolah maka kita pun dapat menuliskan tentang penilaian hasil praktek memasak kita. 

HAVE: Nah..ini yang puncaknya, apa siy yang akan lakukan apabila aku udah menjadi seorang penulis profesional? InsyaAllah aku akan mengamalkannya dengan baik. Apabila cita-cita menjadi dosen tercapai, maka aku akan mengajarkan cara menulis yang baik bagi mahasiswaku. Menjadi ibu yang juara dalam mendampingi anak-anak dan mengajak mereka berkeliling untuk menggoreskan pengalamannya dalam tulisan. Dari kemampuan menulis tersebut, aku akan menyusun sebuah karya yang harapannya bisa dibaca banyak orang dan bermanfaat bagi orang yang membacanya. InsyaAllah dapat menjadi amal jariyah yang akan membantu aku dan keluarga ku menuju surga-Nya..aamiin.


Sebuah kesuksesan di depan tidak akan tercapai tanpa dimulainya langkah kecil di awal. Semua akan menjadi sebuah angan apabila hanya berdiam. Waktunya bagiku menyusun strategi waktu untuk perlahan menuju ke harapan besar yang dimimpikan dalam bidang menulis. Gambaran sementara tentang strategi yang harus aku lakukan dapat dilihat pada diagram 3 Dimensi waktu berikut ini:



Aaaahhhh...semua udah selesai, waktunya bersiap untuk mengaplikasikannya...semoga berhasil dan istiqomah dalam menjalani setiap tahapan!...Aamiin.

Salam Ibu Profesional
~34-Novya Ekawati

Komentar